Sabtu, 09 Mei 2015

Makalah AIK 1 (“MASYARAKAT PRA & PASCA DITURUNKANNYA AL-QUR’AN”)

     KATA PENGANTAR

            Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “DINUL ISLAM”
Makalah ini berisikan tentang informasi Pengertian “MASYARAKAT PRA & PASCA DITURUNKANNYA AL-QUR’AN” serta peristiwa ayat pertama & terakhir Al-Qur’an diturunkan berikut tempatnya. Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang Dinul Islam.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.


Tangerang, 4 November 2012



Penyusun








DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Masalah 3
1.2 Tujuan 3
1.3 Pembatasan Masalah 3
1.4 Teknik Pengumpulan Data 4
1.5 Sistematika Penulisan 4

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Masyarakat Arab Pra dan Pasca di turunkannya Al-Quran 5-8
2.2 Peristiwa Ayat Pertama Al-Quran di turunkan dan Tempatnya 8-10
2.3 Peristiwa Ayat Terakhir Al-Quran di turunkan dan Tempatnya 10-13

BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan 14

BAB IV DAFTAR PUSTAKA 15
CATATAN 16

 







BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang Masalah

                        Dinul berasal dari bahasa Arab "addin" yang berarti agama. Allah SWT mengutus Nabi Muhammad SAW membawa risalah Dinul Islam dengan tujuan memurnikan tauhid, yaitu mempercayai dan meyakini bahwa hanya terdapat satu Tuhan yang wajib disembah, dimohonkan petunjuk dan pertologan-Nya. Secara garis besarnya islam mengajarkan pada umatnya untuk bersifat toleran, pemaaf, tidak memaksakan kehendak, dan saling menghargai. Aqidah Islamiah dibangun di atas rukun iman yang enam, yaitu: Iman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitabNya, para rasul-Nya, hari akhirat, dan iman kepada takdir yang baik dan yang buruk. Hidup manusia yang tidak dilandasi iman, tak ubahnya seperti kehidupan hewan ternak, yang hanya makan, minum, bekerja, tidur, dan beranak. Sebaliknya, dengan landasan iman, hidup manusia akan terarah, sesuai dengan yang dihekendaki penciptanya, yakni Allah SWT.

1.2  Tujuan Penelitian

Dalam makalah ini penulis mempunya beberapa tujuan yaitu:
1)      Untuk memenuhi syarat tugas mahasiswa  ;
2)      Untuk menambah wawasan pembaca mengenai sejarah risalah dinul islam ;dan
3)      Untuk menumbuhkan kembali rasa cinta generasi muda terhadap sejarah agama islam.
                                                              
1.3  Pembatasan Masalah

Dalam makalah ini penulis hanya menjelaskan tentang:
a.       Masyarakat Arab pra dan pasca diturunkannya Al-Quran
b.      Peristiwa hari pertama Al-Quran diturunkan dan tempatnya
c.       Peristiwa ayat Al-Quran Terakhir diturunkan dan tempatnya






1.4  Teknik Pengumpulan Data

       Dalam proses penyajian makalah ini penulis memperoleh data melalui:
a)      Studi Literatur
Untuk menambah informasi dalam pembuatan makalah ini penulis mencari artikel terkait melalui internet.


1.5   Sistematika Penulisan

BAB I berisi PENDAHULUAN  yang terdiri dari Latar Belakang Masalah, Tujuan Penelitian, Teknik Pengumpulan Data , Pembatasan Masalah dan Sistematika Penulisan

BAB II berisi PEMBAHASAN  yang berisi dan membahas mengenai sejarah kondisi masyarakat Arab pra dan setelah turunnya Al-Quran.

BAB III berisi PENUTUP  yang berisi Kesimpulan.
























BAB II
PEMBAHASAN

2.1 MASYARAKAT ARAB PRA DAN PASCA DITURUNKANNYA
           AL-QUR’AN
                   2.1.1. Kondisi Masyarakat Arab Pra Turunnya Al-Quran

Ketika Nabi Muhammad lahir, kota mekkah merupakan kota yang sangat penting dan terkenal diantara kota-kota arab yang lainnya. Kota mekah merupakan kota pusat keagamaan arab. Ka’bah sebagai tempat penziarahan. Akan tetapi masyarakat mekah pra Islam telah menyimpang dari ajaran tauhid Nabi Ibrohim. Mereka mempercayai bahwa Tuhan memiliki pembantu yang diwujudkan oleh masyarakat mekah sebagai berhala yang mereka sembah dan diletakannya di sekeliling kakbah.
Masyarakat Arab hidup Nomaden dan menetap, hidup dalam budaya kesukuan Badui. Kota terpenting di daerah ini adalah Makkah, kota suci tempat Ka’bah berdiri. Ka’bah masa itu bukan saja disucikan dan dikunjungi oleh penganut-penganut agama asli Makkah, tetapi juga oleh orang-orang Yahudi yang bermukim di sana.

2.1.1.1 Kondisi Geografis
Wilayah Arab merupakan wilayah gersang yang terisolasi, jika dilihat dari sisi lautan dan daratan. Arab terbagi menjadi dua bagian besar; bagian tengah dan bagian pesisir, dengan kondisi tidak ada sungai yang mengalir tetap, yang ada hanya lembah-lembah berair di musim hujan. Sebagian besar adalah padang pasir sahara yang memiliki sifat dan keadaan yang berbeda-beda yang secara umum di bagi dalam 3 bagian :
1. Sahara Nufud          : Di daerah ini Oase dan mata air sangat jarang.
2. Sahara Selatan         : Sahara ini hampir seluruhnya merupakan dataran keras, tandas, dan pasir bergelombang.
3. Sahara Harrat          : Suatu daerah yang terdiri dari tanah liat yang berbatu hitam bagaikan terbakar.


2.1.1.2 Kondisi Politik
Dari aspek politik, jazirah Arab sama sekali tidak diperhitungkan. Kawasan ini diapit oleh dua kekuatan imperium raksasa yang diliputi  ketegangan dalam memperebutkan kekuasaan, yaitu Bizantium dan Persia. Bizantium adalah wilayah bekas Imperium Romawi yang beribu kota Konstantinopel. Wilayah ini mencakup Asia kecil, Syria, Mesir, serta bagian tenggara Eropa hingga Danube. Dari aspek maritime, wilayah ini juga meliputi sejumlah pulau di laut Tengah, sebagian daerah Italia serta beberapa daerah di pesisir Afrika Utara. Adapun Persia, ia merupakan saingan berat Bizantium dalam perebutan kekuasaan di Timur Tengah. Persia beribukota di al Mada’in, sebuah kota yang terletak sekitar 20 mil arah tenggara kota Bagdad. Wilayah Persia melebar dari Irak dan Mesopotamia hingga pedalaman timur Iran serta Afganistan.

2.1.1.3   Kondisi Sosial
           Peradaban telah hancur akibat konflik antar etnis, kesukuan dan primordialitas (mempertahankan adat kebiasaan turun temurun), Masyarakat Arab suka berperang; karena itu peperangan antar suku sering terjadi. Merampok adalah hal biasa, dendam, berkelahi, tidak bermoral pada umumnya. Pada tingkat individu termotivasi oleh keserakahan, egoistis, dan tidak terlalu peduli dengan orang lain. Kecemburuan, eksploitasi, minuman keras, perjudian, pembunuhan menggambarkan kejahatan dan kegagalan moral rakyat Arab.

2.1.1.4  Kondisi Budaya
        Akibat peperangan yang terus menerus, kebudayaan mereka tidak berkembang.. Sejarah arab dapat diketahui dari masa kira-kira 150 tahun menjelang lahirnya agama Islam. Pengetahuan itu diperoleh melalui syair-syair yang beredar di kalangan para perawi syair. Dengan begitulah sejarah dan sifat masyarakat Badui Arab dapat diketahui, antara lain bersemangat tinggi dalam mencari nafkah, sabar menghadapi kekerasan alam, dan juga dikenal sebagai masyarakat yang cinta kebebasan
 Apa yang berkembang menjelang kelahiran Islam itu merupakan pengaruh dari budaya bangsa-bangsa di sekitarnya yang lebih awal maju dari pada kebudayaan dan peradaban Arab.


2.1.1.5 Kondisi Ekonomi
Letak arab sangat strategis yang menjadi jalur perdagangan, aktifitas ekonomi lebih bertumpu pada sektor perdagangan, ada juga yang bertani, tetapi jumlahnya sangatlah kecil. Meski iklim perdagangan tumbuh sangat kondusif di Mekkah, bukan berarti pemerataan ekonomi yang berkeadilan dapat terwujud di sana. Kondisi geografis yang panas ternyata turut membentuk karakter orang-orang mekkah menjadi tempramental. Fenomena ini menyulut hasrat monopoli ekonomi yang menimbulkan praktik-praktik perekonomian yang tidak etis dan sangat eksploitatif.

2.1.2  Kondisi Masyarakat Arab Pasca Turunnya Al-Quran
  Kehadiran al-Qur’an di tengah-tengah masyarakat Arab yang pada waktu itu masih kental dengan tradisi kejahiliyahannya, sangat berpengaruh pada perubahan sosio-budaya, memperbaiki sistem-sistem hukum yang telah ada sebelumnya, dan menghapus hukum-hukum yang betentangan dengan al-Qur’an maupun dengan prikemanusiaan. Kehadiran al-Qur’an (Islam) ini mendapat respon positif dari kalangan masyarakat yang menghendaki perubahan maupun kalangan masyarakat yang menjadi penopang hukum Jahiliyah yang telah ada.
Dalam sejarahnya dikatakan bahwa, pada awalnya orang-orang yang berpengaruh terhadap kehadiran al-Qur’an (Islam) terdiri dari beberapa anggota keluarga dekat Nabi Muhammad saw, orang-orang lemah, dan beberapa budak. Orang-orang jahiliyah menyambut baik kehadiran al-Qur’an, termasuk orang imigran dan orang miskin, karena mereka merasa tidak puas dengan kondisi moral dan kondisi sosial yang ada waktu itu dan kemudian menerima dan mengikuti apa yang di bawa oleh Nabi Muhammad SAW. 
Al-Quran memberikan petunjuk dalam persoalan-persoalan akidah, syariah, dan akhlak mereka, Allah swt mengutus Nabi Muhammad SAW, untuk kemudian memberikan keterangan yang lengkap mengenai dasar-dasar tersebut; seperti yang  terdapat dalam firman-Nya, yang artinya; "Kami telah menurunkan kepadamu Al-Dzikr (Al-Quran) untuk kamu terangkan kepada manusia apa-apa yang diturunkan kepada mereka agar mereka berpikir."



 Dalam rangka memperkokoh masyarakat dan Negara baru itu, Nabi segera meletakkan dasar-dasar kehidupan bermasyarakat;
Dasar pertama, pembangunan masjid, selain untuk tempat shalat, juga sebagai sarana penting untuk mempersatukan kaum Muslimin dan mempertalikan jiwa mereka, tempat bermusyawarah dan latihan perang.
Dasar kedua, adalah Ukhuwah Islamiyah, persaudaraan sesama muslim. Nabi mempersaudarakan antara golongan Muhajirin dan Anshar.
Dasar ketiga, hubungan persahabatan dengan pihak-pihak lain yang tidak beragama Islam.

2.2 PERISTIWA AYAT PERTAMA AL-QURAN DITURUNKAN
   DAN TEMPATNYA
Pendapat yang paling shahih mengenai yang pertama kali turun ialah firman Allah:
ù&tø%$# ÉOó$$Î/ y7În/u Ï%©!$# t,n=y{ ÇÊÈ   t,n=y{ z`»|¡SM}$# ô`ÏB @,n=tã ÇËÈ   ù&tø%$# y7š/uur ãPtø.F{$#
ÇÌÈ   Ï%©!$# zO¯=tæ ÉOn=s)ø9$$Î/ ÇÍÈ   zO¯=tæ z`»|¡SM}$# $tB óOs9 ÷Ls>÷ètƒ ÇÎÈ

Artinya: “(1) Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang telah menciptakan. (2) Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. (3) Bacalah, dan Tuhanmu adalah Maha Pemurah. (4) Yang mengajar (manusia) dengan perantaran qalam (alat tulis) (5) Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”(QS:AL-ALAQ 1-5)

Pendapat ini didasarkan pada suatu hadits yang diriwayatkan oleh dua syaikh ahli hadits dan yang lain, dari Aisyah r.a mengenai peristiwa turunnya ayat ini di gua Hira, diawali dari mimpi Rasulullah yang melihat dalam mimpi itu keadaan terang benderang bagaikan terangnya pagi hari, kemudian dia sering menyendiri dan kemudian beberapa kali ia mendatangi gua Hira untuk beribadah beberapa malam. Lalu turunlah lima ayat ini.
Dikatakan pula, bahwa yang pertama kali turun ialah firman Allah : Yaa ayyuhal muddassiir (wahai orang yang berselimut). Ini didasarkan pada hadits yang diriwayatkan oleh dua syaikh ahli hadits:
Dari Abu Salamah bin Abdurrahman;
 dia berkata: “Aku telah bertanya kepada Jabir bin Abdullah: Yang manakah di antara Quran itu yang turun pertama kali?
 Dia menjawab: Yaa ayyuhal muddassir.
Aku bertanya lagi: Ataukah iqra’ bismi rabbik?
Dia menjawab: “Aku katakan kepadamu apa yang dikatakan Rasulullah s.a.w. kepada kami: “Sesungguhnya aku berdiam diri di gua Hira. Maka ketika habis masa diamku, aku turun lalu aku telusuri lembah. Aku lihat ke muka, ke belakang, ke kanan dan ke kiri. Lalu aku lihat ke langit, tiba-tiba aku melihat jibril yang amat menakutkan. Maka aku pulang ke Khadijah. Khadijah memerintahkan mereka untuk menyelimuti aku. Mereka pun menyelimuti aku. Lalu Allah menurunkan: “Wahai orang yang berselimut; bangkitlah, lalu berilah peringatan.”

Mengenai hadits Jabir ini, dapatlah dijelaskan bahwa pertanyaan itu mengenai surah yang diturunkan secara penuh. Jabir menjelaskan bahwa surah Muddassir-lah yang turun secara penuh sebelum surah Iqra’ selesai diturunkan, karena yang turun pertama sekali dari surah Iqra’ itu hanyalah permulaannya saja. Hal yang demikian ini juga diperkuat oleh hadits Abu Salamah dari Jabir yang terdapat dalam Shahih Bukhari dan Muslim. Jabir berkata:
“Aku telah mendengar Rasulullah s.a.w. ketika ia berbicara mengenai putusnya wahyu, maka katanya dalam pembicaraan itu: ‘Ketika aku berjalan, aku mendengar suara dari langit. Lalu aku angkat kepalaku, tiba-tiba aku melihat malaikat yang mendatangi aku di gua Hira itu duduk diatas kursi antara langit dan bumi, lalu aku pulang dan aku katakan: Selimuti aku! Mereka pun menyelimuti aku. Lalu Allah menurunkan: Yaa ayyuhal muddassir.’”


Hadits ini menunjukkan bahwa kisah tersebut lebih kemudian daripada kisah gua Hira, atau Muddassir itu adalah surah pertama yang diturukan setelah terhentinya wahyu. Jabir telah mengeluarkan yang demikian ini dengan ijtihadnya, akan tetapi riwayat Aisyah lebih mendahuluinya. Dengan demikian maka ayat Quran yang pertama kali turun secara mutlak ialah Iqra’ dan surah yang pertama diturunkan secara lengkap dan pertama diturunkan setelah terhentinya wahyu ialah Yaa ayyuhal muddassir dan untuk kenabiannya ialah Iqra’.
Dikatakan pula, bahwa yang pertama kali turun adalah surah Fatihah. Mungkin yang dimaksudkan adalah surah yang pertama kali turun secara lengkap.
Disebutkan juga bahwa yang pertama kali turun adalah Bismillaahirrahmaanirrahiim, karena basmalah ini turun mendahului setiap surah. Dalil-dalil kedua pendapat tersebut mursal. Pendapat pertama yang didukung oleh hadits Aisyah itulah pendapat yang kuat dan masyhur.
Cara menyatukan pendapat-pendapat di atas bahwa ayat yang pertama kali turun adalah Iqra’ bismirrabbik, dan ayat mengenai perintah tablig (untuk menyampaikan) yang pertama kali turun ialah Yaa ayyuhal muddassir, sedang surah yang pertama kali turun ialah Fatihah.
Juga dikatakan bahwa yang pertama kali turun mengenai kerasulan adalah Yaa ayyuhal muddassir, dan yang pertama kali turun mengenai kenabian adalah Iqra’ bismi rabbik. Hal itu disebabkan para ulama mengatakan bahwa firman Allah Iqra’ bismi rabbik itu menunjukkan kenabian Muhammad s.a.w. sebab kenabian itu adalah wahyu kepada seseorang melalui perantaraan malaikat dengan penugasan khusus. Sedang firman Allah Yaa ayyuhal muddassir; qum fa anzir itu menunjukkan kerasulannya, sebab kerasulan itu adalah wahyu kepada seseorang dengan perantaraan malaikat dengan penugasan umum.   


2.3 PERISTIWA AYAT AL-QURAN TERAKHIR DITURUNKAN
       
DAN TEMPATNYA
Dikatakan bahwa ayat terakhir yang diturunkan itu adalah ayat mengenai riba. Ini didasarkan pada hadits yang dikeluarkan oleh Bukhari dari Ibnu Abbas, yang mengatakan: ”ayat terakhir yang diturunkan adalah ayat mengenai riba.” Yang dimaksudkan adalah firman Allah:
$yg"r'¯»t úïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qà)®?$# ©!$# (#râ sur $tB u Å+t/ z`ÏB (##qt/Ìh9$# bÎ) OçFZä. tûüÏZÏB÷s"B ÇËÐÑÈ

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. (QS. Al-Baqarah: 278)

Dan dikatakan pula bahwa ayat Quran yang terakhir diturunkan ialah firman Allah:

(#qà)¨?$#ur $YBöqt cqãèy_öè? ÏmÏù n<Î) «!$# ( §NèO 4 ¯ûuqè? @ä. <§øÿtR $¨B ôMt6|¡2 öNèdur w tbqãKn=ôàã ÇËÑÊÈ

Dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian masing-masing diri diberi balasan yang Sempurna terhadap apa yang Telah dikerjakannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan). (QS. Al-Baqarah: 281)

Ini didasarkan pada hadits yang diriwayatkan oleh An-Nasa’i dan lain-lain, dari Ibn Abbas dan Said bin Jubair: Ayat Quran terakhir turun ialah
: Dan peliharalah dirimu dari azab yang terjadi pada suatu hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah...” (Al-Baqarah: 281)

Juga dikatakan bahwa yang terakhir kali turun itu ayat mengenai utang; berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari Sa’id bin al-Musayyab: ”Telah sampai kepadanya bahwa ayat Quran yang paling muda di ’Arsy ialah ayat mengenai utang.” yang dimaksudkan ialah :
$yg"r'¯»t úïÏ%©!$# (#þqãZtB#uä #sÎ) LäêZt#y0s? Aûøïy0Î/ # n<Î) 9@y_r& wK|¡"B çnqç7çFò2$$sù 4

”Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah[179] tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya.” ............ (QS. Al-Baqarah: 282)
      [179] Bermuamalah ialah seperti berjualbeli, hutang piutang, atau sewa menyewa dan sebagainya.

Dikatakan pula bahwa yang terakhir kali diturunkan adalah ayat mengenai kalalah. Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Barra’ bin ’Azib; dia berkata: ”ayat yang terakhir kali turun adalah:
y7tRqçFøÿtGó¡o È@è% ª!$# öNà69ÏFøÿã Îû Ï's#»n=s3ø9$# 4
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah: "Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah. (An-Nisa’: 176)
[387] Kalalah Ialah: seseorang mati yang tidak meninggalkan ayah dan anak.

Ayat yang terakhir menurut hadis Barra’ ini adalah berhubungan dengan masalah warisan.
Pendapat lain menyatakan bahwa yang terakhir turun adalah firman Allah:
ôs)s9 öNà2uä!%y` Ñ^qßu ô`ÏiB öNà6Å¡àÿRr& îƒÍtã Ïmøn=tã $tB óOšGÏYtã ëȃ̍ym Nà6øn=tæ šúüÏZÏB÷sßJø9$$Î/ Ô$râäu ÒOŠÏm§ ÇÊËÑÈ  
Artinya:
 sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, Amat belas kasihan lagi Penyayang terhadap orang-orang mukmin.(AT-Taubah : 128)

Dalam al-Mustadrak disebutkan, dari Ubay bin Ka’ab yang mengatakan: “ayat yang terakhir kali diturunkan: “Sungguh Telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, ...” sampai akhir surah. Mungkin yang dimaksudkan adalah ayat terakhir yang diturunkan dari surah At-Taubah. Muslim meriwayatkan dari Ibnu Abbas, hadits ini memberitahukan bahwa surah ini ialah surah yang diturunkan terakhir kali, karena ayat ini mengisyaratkan wafatnya Nabi s.a.w. sebagaimana difahami oleh sebagian sahabat. Atau mungkin surah ini adalah surah yang terakhir kali diturunkan.
Dikatakan pula bahwa yang terakhir kali turun adalah surah al-Maidah. Ini didasarkan pada riwayat Tirmidzi dan Hakim, dari ‘Aisyah r.a. Tetapi menurut pendapat kami, surah itu surah yang terakhir kali turun dalam hal halal dan haram, sehinggan tak satu hukum pun yang dinasikh di dalamnya.

Juga dikatakan bahwa yang terakhir kali turun adalah firman Allah:
z>$yftFó$$sù öNßgs9 öNßg/u ÎoTr& Iw ßì9ÅÊé& @uHxå 9@ÏJ»tã Nä3YÏiB `ÏiB @x.s ÷rr& 4Ós\Ré& ( Nä3àÒ÷èt/ .`ÏiB <Ù÷èt/ ( ts

Artinya: “Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman): "Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain.”           (Ali ‘Imran : 195)

Ini didasarkan pada hadits yang diriwayatkan oleh Ibn Mardawaih melalui Mujahid, dari Ummu Salamah; dia berkata: “Ayat yang terakhir kali turun adalah ayat ini. Hal itu disebabkan dia (Ummu Salamah) bertanya: Wahai Rasulullah, aku melihat Allah menyebutkan kaum lelaki akan tetapi tidak menyebutkan kaum perempuan. Maka turunlah ayat: “Dan janganlah kamu iri terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian kamu lebih banyak daripada sebagian yang lain.” (an-Nisa’: 32) dan turun pula: “Sesungguhnya lai-laki dan perempuan yang Muslim.”(al-Ahzab: 35). Serta ayat ini: “Maka Tuhan mereka...” Ayat ini adalah yang terakhir diturunkan yang di dalamnya tidak hanya disebutkan kaum lelaki secara khusus.
Dari riwayat itu jelaslah bahwa ayat tersebut yang terakhir turun di antara ketiga ayat di atas, dan yang terakhir yang turun dari ayat-ayat yang di dalamnya disebutkan kaum perempuan.
Ada juga dikatakan bahwa ayat yang terakhir yang turun ialah ayat:
`tBur ö@çFø)t $YYÏB÷sãB #Y0ÏdJyètG"B ¼çnät!#t yfsù ÞO¨Yygy_ #V$Î#»yz $pkÏù |=ÅÒxîur ª!$# Ïmø9n=tã ¼çmuZyès9ur £0tãr&ur ¼çms9 $¹/#x9tã $VJÏàtã  ÇÒÌÈ
 
“Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja Maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya.” (An-Nisa: 93)

Ini didasarkan pada hadits yang diriwayatkan Buhkari dan yang lain dari Ibn Abbas yang mengatakan: “Ayat ini (An-Nisa: 93) adalah ayat yang terakhir di turunkan dan tidak dinasikh oleh apapun.” Ungkapan “ia tidak dinasikh oleh apapun” itu menunjukkan bahwa ayat itu ayat yang terakhir turun dalam hukum membunuh seorang mukmin dengan sengaja.”

Dari Ibn Abbas dikatakan: “Surah terakhir yang diturunkan ialah:
#sŒÎ) uä!$y_ ãóÁtR «!$# ßx÷Gxÿø9$#ur ÇÊÈ  

Apabila Telah datang pertolongan Allah dan kemenangan. (Q.S. An-Nashr: 1)

Pendapat-pendapat ini semua tidak mengandung sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad saw., masing-masing merupakan ijtihad dan dugaan. Mungkin pula bahwa masing-masing mereka itu memberitahukan mengenai apa yang terakhir didengarnya dari Rasulullah. Atau mungkin juga masing-masing mengatakan hal itu berdasarkan apa yang terakhir diturunkan dalam hal perundang-undangan tertentu, atau dalam hal surah terakhir yang diturunkan secara lengkap seperti setiap pendapat yang telah kami kemukakan di atas. Adapun firman Allah:
ô tPöqu9ø9$# àMù=yJø.r& öNä3s9 öNä3oYÏ àMôJoÿøCr&ur öNä3ø9n=tæ ÓÉLyJ÷èÏR àMÅÊu ur ãNä3s9 zN»n=óM}$# $YYÏ

“Pada hari Ini Telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan Telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan Telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.” (Al-Maidah: 3)

Ayat ini diturunkan di Arafah tahun Haji Perpisahan (Wada’). Pada lahirnya ia menunjukkan penyempurnaan kewajiban dan hukum. Telah pula disyaratkan di atas, bahwa riwayat mengenai turunnya ayat riba, ayat utang-piutang, ayat kalalah dan yang lain itu setelah ayat ketiga surah al-Maidah. Oleh karena itu para Ulama menyatakan kesempurnaan agama di dalam ayat ini.


BAB III
  PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dari beberapa uraian diatas, dapat di tarik kesimpulan bahwa turunnya al-Qur’an tidak dapat terlepas dari kondisi masyarakat Arab pada waktu itu, baik di bidang politik, ekonomi, budaya, agama dan lain sebagainya, baik sebelum atau setelah turunya al-Qur’an.  Di bidang politik misalnya, Masyarakat Arab sebelum turunnya al-Qur’an tidak memiliki sistem dan acuan yang baku dalam bentuk pemerintahannya, hal ini tidak mempengaruhi perkembangan yang berarti dalam dunia politik. Namun, di bidang ekonomi, masyarakat ini mengalami kemajuan dikarenakan letak geografisnya sangat strategis yang menjadi jalur perdagangan.
            Sebelum turunnya Al-Qur’an, keadaan masyarakat Arab berada dalam keadaan kebodohan dan sering terjadi permusuhan yang pada akhirnya mengakibatkan peperangan yang berkepanjangan. Kondisi keagamaanpun juga mengalami hal yang sama, yaitu ada banyak kepercayaan pada saat itu.
            Namun setelah Al-Quran turun, Al-Quran menjadi pedoman hidup, dan  pembaharuan kondisi masyarakat arab lebih baik pada berbagai sisi kehidupan.Untuk memperkokoh masyarakat Nabi segera meletakkan dasar-dasar kehidupan bermasyarakat, seperti pembangunan masjid, selain untuk tempat shalat, juga sebagai sarana penting untuk mempersatukan kaum Muslimin dan mempertalikan jiwa mereka, tempat bermusyawarah dan latihan perang.







BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

1.       Yatim, Badri. 2008 . Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada.





















CATATAN

Pertanyaan audience :
1.      Winda
Mengapa sholat sebagai penyangga tegaknya dinul islam?

2.      Fitri
Apa yang dimaksud dengan riba?,dan berikan contohnya?

3.      Puji
Tujuan Al-Quran diturukan pada masyarakat Arab masa itu?

4.      Aldino
Bagaimana kondisi masyarakat non-muslim yang tinggal di arab setelah Al-Quran turun?

5.      Ari Cahyadi
Ayat manakah yang pertama kali turun?

6.      Joko

Mengapa bukan surat Al-Fatihah yang menjadi surat pertama kali turun?

This Is The Oldest Page

1 komentar so far

Casino & Poker | Drmcd
Find a 상주 출장안마 good game 공주 출장안마 list 사천 출장샵 at Casino 남원 출장안마 & Poker that is top rated for your search. 김천 출장마사지 Find the best casino & poker reviews. Join today!‎Mobile Casino · ‎Games


EmoticonEmoticon