KATA PENGANTAR
Rasa syukur yang dalam kami sampaikan kehadirat Tuhan
Yang maha Pemurah, karena berkat kemurahanNya makalah ini dapat kami selesaikan
sesuai yang di harapkan.Dalam makalah ini kami membahas “SEJARAH KOTA TANGERANG”.
Makalah ini dibuat
dalam rangka memperdalam pemahaman akan sejarah kota Tangerang serta
menyelesaikan tugas akhir mata kuliah Metode Penulisan Karya Ilmiah.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada Dosen Metode
Penulisan Karya Ilmiah yang telah
memberikan materi dan sistematika dalam penyusunan makalah serta pihak-pihak
lain yang telam memberikan support dan masukan-masukan yang berharga dalam
penyusunan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih
luas kepada para pembaca.Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini
masih terdapat kekurangan, oleh karena itu penyusun mengharapkan pembaca untuk
saran dan kritiknya yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah
ini.Terima kasih.
Tangerang, 5 Januari 2013
Penyusun
DAFTAR
ISI
2.2.1 Asal
Mula Nama Daerah Tangerang
2.2.2 Asal
Mula Penduduk Tangerang
2.2.3 Asal-usul Tangerang disebut juga sebagai Kota
"Benteng"
2.2.4 Perjuangan Kemerdekaan
2.2.5 Setelah Kemerdekaan
BAB
I
PENDAHULUAN
Menurut
W.J.S Poerwodarminta dalam kamus umum bahasa Indonesia, sejarah mengandung 3
pengertian, yaitu tentang :
a.
Kesusteraan
lama, silsilah, dan asal-usul
b.
Kejadian yang
benar-benar terjadi di masa lampau
c. Ilmu pengetahuan
sedangkan menurut Ibnu Khaldun (1332-1406) sejarah di
definisikan sebagai catatan tentang masyarakat umum manusia atau peradaban
manusia yang terjadi pada watak/sifat masyarakat itu.
Pembelajaran sejarah memupuk kesadaran akan sejarah dan
membuat kita memahami nilai benda peninggalan sejarah, baik nilai konkret
maupun nilai abstrak (nilai yang memiliki makna filosofi). Peninggalan sejarah
memiliki arti penting bagi masyarakat dan juga bagi pemerintah untuk lebih
memahami jati dirinya.Dalam arti luas, jati diri bukan hanya mengacu pada awal
keberadaan masyarakat, tetapi mencangkup jati diri masyarakat dari generasi ke
generasi yang menyangkut kiprah yang menunjukan kepribadian dan budaya
masyarakat yang bersangkutan.
Secara teori dan filosofis, pemahaman secara baik akan
hal-hal sejarah dapat menjadi motivasi untuk meningkatkan etos kerja atau
semangat dalam menjalani kehidupan. Hal itu merupakan faktor dasar sekaligus
potensi yang penting artinya bagi pemerintah dalam melaksanakan pembangunan
daerah, termasuk di dalamnya pembangunan/pembinaan masyarakat.
Pemahaman tentang sejarah seharusnya lebih menyadaarkan
pemerintah dan masyarakat untuk memelihara dan melestarikan peninggalan
sejarah.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Statistik Kota Tangerang
Kota Tangerang adalah sebuah kota yang terletak di Provinsi Banten,Indonesia, tepat di sebelah barat kota Jakarta, serta dikelilingi oleh Kabupaten
Tangerang di sebelah
selatan, barat, dan timur. Tangerang merupakan kota terbesar di Provinsi Banten
serta ketiga terbesar di kawasan perkotaanJabotabek setelah Jakarta.
Moto
Kota Tangerang : Bhakti Karya Adhi Kertarahardja, Hari
jadi kota Tangerang adalah 28 Februari 1993,Dasar hukumnya berlandaskan UU
No.2/1993,Wali Kota Tangerang adalah Drs. H. Wahidin Halim M.Si.Luas daerah
Kota Tangerang sekitar 164,54 km2, ,Populasi Penduduk tahun 2010
sekitar 2.834.376.
Suku
bangsa di Tangerang ada Sunda, Betawi, dll.Masyarakat Kota Tangerang beragama
Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha.
Kota Tangerang
terdiri atas 13 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah 104kelurahan. Dahulu Tangerang merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Tangerang,
kemudian ditingkatkan statusnya menjadi kota
administratif, dan akhirnya
ditetapkan sebagai kotamadya pada tanggal 27 Februari 1993. Sebutan 'kotamadya' diganti dengan 'kota' pada tahun 2001.
Nomenklatur
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
1. Sekretariat DPRD
2. Sekretariat Daerah
3. Badan Kepegawaian, Pendidikan dan
Latihan
4. Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah
5. Badan Pemberdayaan Masyarakat dan
Keluarga Berencana
6. Badan Pengendalian Lingkungan
Hidup
7. Badan Pelayanan Perijinan Terpadu
8. Inspektorat
9. Satuan Polisi Pamong Praja
10. Sekretariat KPUD
11. Sekretariat KORPRI
12. Dinas Pendidikan
13. Dinas Kesehatan
14. Walikota Tangerang
15. Dinas Sosial
16. Dinas Ketenagakerjaan
17. Dinas Perhubungan
18. Dinas Informasi dan Komunikasi
19. Dinas Kependudukan dan Pencatatan
Sipil
20. Dinas Pemuda, Olahraga, Pariwisata
dan Kebudayaan
21. Dinas Pekerjaan Umum
22. Dinas Tata Kota
23. Dinas Kebersihan dan Pertamanan
24. Dinas Pemadam Kebakaran
25. Dinas Perindustrian, Perdagangan
dan Koperasi
26. Dinas Pertanian
27. Dinas Pengelola Keuangan dan Aset
Daerah
28. Kantor Arsip Daerah
29. Kantor Perpustakaan
30. Kantor Kesatuan Bangsa dan
Perlindungan Masyarakat
31. Kantor Penelitian, Pengembangan
dan Statistik
32. Kecamatan Batuceper
33. Kecamatan Benda
34. Kecamatan Cipondoh
35. Kecamatan Cibodas
36. Kecamatan Ciledug
37. Kecamatan Jatiuwung
38. Kecamatan Karang Tengah
39. Kecamatan Karawaci
40. Kecamatan Larangan
41. Kecamatan Neglasari
42. Kecamatan Periuk
43. Kecamatan Pinang
44. Kecamatan Tangerang
|
|
Tangerang
adalah pusat manufaktur dan industri di pulau Jawa dan memiliki lebih dari 1000 pabrik. Banyak perusahaan-perusahaan
internasional yang memiliki pabrik di kota ini. Tangerang memiliki cuaca yang
cenderung panas dan lembap, dengan sedikit hutan atau bagian geografis lainnya.
Kawasan-kawasan tertentu terdiri atas rawa-rawa, termasuk kawasan di sekitar Bandara
Internasional Soekarno-Hatta.
Dalam beberapa tahun terakhir, perluasan urban Jakarta
meliputi Tangerang, dan akibatnya banyak penduduknya yang berkomuter ke Jakarta
untuk kerja, atau sebaliknya. Banyak kota-kota satelit kelas menengah dan kelas atas sedang dan telah dikembangkan di
Tangerang, lengkap dengan pusat
perbelanjaan, sekolah swasta dan mini market. Pemerintah bekerja
dalam mengembangkan sistemjalan tol untuk
mengakomodasikan arus lalu lintas yang semakin banyak ke dan dari Tangerang.
Tangerang dahulu adalah bagian dari Provinsi Jawa Barat yang sejak tahun 2000
memisahkan diri dan menjadi bagian dari provinsi Banten.
2.2 Sejarah Kota Tangerang
Awal
mula berdirinya beberapa kerajaan dan kota besar di bumi ini umumnya diliputi
mitos. Kekosongan data sejarah diisi dengan cerita legendaries.Demikian halnya
dengan Roma, yang katanya didirikan oleh Romulus dan Romus, kakak beradik yang
dibesarkan oleh seekor srigala.
Demikian
juga juga diceritakan tentang negeri Matahari Terbit yang dikaitkan keturunan
dewi matahari, yang sampai kini menghiasi bendera kebangsaan Jepang.
Tetapi
tidak jika kita berbicara sejarah Tangerang, yang tidak bisa dilepaskan dari
empat hal utama yang saling terkait. Keempat hal itu adalah peranan Sungai
Cisadane; lokasi Tangerang di tapal batas antara Banten dan Jakarta; status
bagian terbesar daerah Tangerang sebagai tanah partikelir dalam jangka waktu
lama; dan bertemunya beberapa etnis dan budaya dalam masyarakat Tangerang.
Sungai
Cisadane membujur dari selatan didaerah pegunungan ke utara di daerah
pesisir.Sungai ini amat berperan penting dalam kehidupan masyarakat di
sepanjang daerah aliran sungai (DAS) hingga dewasa ini.Yang berubah hanyalah
jenis peranannya.
Sejak
zaman kerajaan Tarumanegara (abad ke-15) hingga awal zaman Hindia Belanda (awal
abad ke-19), sungai ini berperan sebagai sarana lalu lintas air yang
menghubungkan daerah pedalaman dengan daerah pesisir.Disamping itu, sungai
Cisadane juga menjadi sumber penghidupan manusia yang bermukim di sepanjang DAS
ini. Antara lain untuk mengairi areal persawahan dan perikanan di daerah
dataran rendah bagian utara Tangerang.
Dengan
peran yang pertama itu, hasil bumi dari daerah pedalaman (lada, beras, kayu,
dan lain-lain) dapat dipasarkan ke daerah pesisir dan luar daerah
Tangerang.Sebaliknya, keperluan hidup penduduk pedalaman seperti garam, kain,
gerabah, dan lain-lain, dapat didatangkan daerah pesisir dan luar daerah
Tangerang.Sementara, peranan kedua dapat meningkakan produksi pertanian,
terutama produksi beras, selain untuk mencegah bahaya banjir.
Sejatinya,
pada awal abad ke-16, zaman kerajaan Sunda, Tangerang tampil sebagai kota
pelabuahn bersama-sama Banten dan Sunda Calapa sebagaimana tertulis dalam Summa
Oriental karangan Tome Pires, orang Portugis yang memuat laporan
kunjungan dari 1512-1515. Dokumen tersebut menurut A. Heuken SJ, ahli sejarah
Jakarta, adalah dokumen tertua yang menyebut nama ini. Sunda Calapa atau Chia
liu-pa (menurut Ma Huan, muslim China yang menulis laporan pelayaran armada
Laksamana Zeng-Ho, yang kapal-kapalnya mengunjungi Pantai Ancol pada awal abad
ke XV) adalah nama pelabuhan tertua di Jakarta.
Yang
berbeda diantara ketiga pelabuhan di Tangerang, Banten dan Jakarta itu hanyalah
tingkatan kualitas dan kuantitas kegiatannya. (sunda) Calapa menjadi pelabuhan
paling sibuk ketika itu lantaran lokasinya paling dekat dan dapat berhubungan
langsung melalui jlan darat dan jalan air (Sungai Ciliwung) dengan Pakuan
Pajajaran yang menjadi ibu kota kerajaan Sunda.
Selain
itu, (Sunda) Calapa menjadi pusat kota pelabuhan Kerajaan Sunda. Dibawahnya
adalah kota pelabuhan Banten yang merupakan kota pelabuhan paling barat Pulau
Jawa. Posisi Banten juga sangat strategis, setelah Malaka diduduki oleh
Portugis pada 1511 lantaran Selat Sunda dan pesisir barat Sumatera menjadi
jalur utama perdagangan. Sedangkan Pelabuhan Tangerang termasuk pelabuhan yang
sepi hingga menempati peringkat paling bawah kesibukannya, karena lokasinya
berada diantara dan berdekatan dengan Banten dan (Sunda) Calapa. Lokasi ketiga
kota pelabuhan berada disekitar muara sungai, yaitu Sungai Cibanten bagi kota
pelabuhan Banten, Sungai Cisadane bagi kota pelabuhan Tangerang, dan Sungai
Ciliwung bagi kota pelabuhan Calapa.
Selanjutnya,
sejak pertengahan abad ke-16 Banten dan Calapa (berubah menjadi Jayakarta sejak
berada di bawah kuasa Islam pada 1527) mengembangkan diri menjadi pusat
kegiatan pemerintahan dan perdagangan. Didukung oleh Cirebon dan Demak, Banten
meningkat pesat sebagai pusat penyebaran agama Islam, pemerintahan, dan
perniagaan laut (maritim) di Tatar Sunda bagian barat dan Sumatera bagian
selatan. Puncak keemasan Kesultanan Banten berlangsung sekira pertengahan abad
ke-17, pada masa pemerintahan Sultan Abulmafakir Mahmud Abdulkhadir (1596-1651)
dan Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1684).
Sedangkan,
Jayakarta yang semula berperan sebagai penutup hubungan Pakuan Pajajaran ke
dunia luar dan merupakan bagian dari wilayah Kesultanan Banten, setelah jatuh
ke dalam kekuasaan kompeni Belanda pada 1619 dan namanya diganti dengan
Batavia, berhasil mengembangkan diri. Mula-mula Batavia berperan sebagai pusat
kedudukan dan pusat perdagangan Kompeni (VOC) di Nusantara, kemudian sejak
tahun 1800 menjadi pusat pemerintahan dan perdagangan internasional pemerintah
kolonial Hindia Belanda.
Semenjak
dasawarsa kedua 1600-an antara Banten dan Batavia berlangsung persaingan
perdagangan yang keras.Di satu pihak, Kompeni Belanda mendesakkan keinginan
untuk melakukan monopoli perdagangan diwilayah Kesultanan Banten. Namun di
pihak lain, Sultan Banten sendiri mempertahankan sistem perdagangan bebas dan
kedaulatan Negara. Saking kerasnya persaingan itu, alhasil berkembang menjadi
konflik politik dan akhirnya konflik senjata.Mula-mula pada 1652, berbentuk
konflik senjata secara tertutup, namun kemudian pad 1659 berbentuk perang
terbuka.
Dalam
suasana konflik itulah, kawasan Tangerang menjadi daerah pertahanan sekaligus
medan pertempuran serta rebutan antara Banten dan Batavia. Dalam perkembangan
berikutnya, pihak Banten membangun benteng pertahanan di sebelah barat Sungai
Cisadane dan pihak kompeni Belanda membangun benteng pertahanan di sebelah
timur Sungai Cisadane. Itulah sebabnya, dulu daerah ini dikenal dengan nama
Benteng, baru muncul nama Tangerang.
Dengan
mengerahkan serdadu Kompeni secara besar-besaran, terutama serdadu sewaan yang
berasal dari kalangan orang Nusantara sendiri, dan taktik adu-domba (devide et
impera), secara bertahap wilayah Kesultanan Banten jatuh ketangan kekuasaan
Kompeni Belanda. Mula-mula pada 1569, daerah sebelah timur Sungai Cisadane
jatuh ke tangan Kompeni, kemudian tanah di sepanjang Sungai Cisadane sejak dari
daerah hulu sampai ke muara dan daerah sebelah selatanSungaiCisadane sampai ke
Laut Kidul (Samudra Hindia) ditetapkan masuk ke wilayah Batavia (1684).
Akhirnya
pada 1809, Kesultanan Banten dihapuskan serta seluruh wilayahnya dimasukkan ke
wilayah pemerintahan Hindia Belanda.Sejak saat itu, berakhirlah kedudukan
Tangerang sebagai daeah tapal batas antara Banten dan Jakarta, karena
seluruhnya berada dibawah kuasa pemerintah Kolonial Hindia Belanda.
Perubahan
pemegang kekuasaan atas daerah Tangerang memberikan jalan bagi perubahan status
daerah itu.Semula berstatus sebagai daerah rebutan antara Banten dan Batavia,
Tangerang kemudian menjadi daerah partikelir di bawah Batavia.Sepetak demi
sepetak tanah di Tangerang dikuasai oleh pihak partikelir secara perseorangan
dan perusahaan.
Munculah
sejumlah tuan tanah di daerah ini yang umumnya terdiri dari orang Belanda dan
orang China. Disamping menguasai tanah garapan dan lingkungannya, mereka juga
mneguasai penduduk yang bermukim di lahan itu. Penduduk setempat berkewajiban
menggarap tanah milik tuan tanah dengan upah kecil, padahal mereka pun harus
membayar berbagai pajak dan pungutan lainnya.
Karena
itu, terdapat perbedaan yang sangat mencolok antara tingkat kesejahteraan tuan
tanah dan tingkat kesejahteraan penduduk pribumi. Selain itu, tuan tanah lebih
berkuasa daripada pejabat pemerintahan pribumi. Tuan tanah dilindungi dan
dibantu oleh sejumlah mandor yang bertindak sebagai jawara dan berstatus
sebagai pegawai tuan tanah. Keberadaan dan fungsi jawara dalam masyarakat
Tangerang masa itu menjadi gejala umum dan ciri khas lingkungan tanah
partikelir.Situasi dan kondisi demikian membentuk struktur dan karakter
masyarakat tersendiri dilingkungan tanah partikelir.
Pendidikan
sekolah hampir tak tersentu oleh bagian terbesar penduduk pribumi.Mereka
mengutamakan pendidikan informal dari guru agama Islam secara individual, atau
pesantren-pesantren secara kelembagaan.Peran dan kedudukan orang keturunan
China dan jawara dalam masyarakat Tangerang demikian berpengaruh besar terhadap
suasana dan peristiwa selama revolusi kemerdekaan pada tahun 1945-1949.
Pada
masa itu orang-orang keturunan China di daerah ini pernah menjadi sasaran amuk
rakyat sebagai tindak balas dendam, dan amarah terhadap mereka karena dicurigai
membantu pihak kolonial.Pernah pula dibentuk pemerintahan mandiri oleh kalangan
jawara yang berjiwa merah dan bersikap kiri.Pemerintahan ini tak mengakui
Republik Indonesia.Mereka mendirikan negara di dalam negara.
Pada
mulanya, penduduk Tangerang boleh dibilang hanya beretnis dan berbudaya
Sunda.Mereka terdiri atas penduduk asli setempat, serta pendatang dari Banten,
Bogor dan Priangan. Kemudian sejak 1526, datang penduduk baru dari wilayah
pesisir Kesultanan Demak dan Cirebon yang beretnis dan berbudaya Jawa, seiring
dengan proses Islamisasi dan perluasan wilayah kekuasaan kedua kesultanan itu.
Mereka menempati daerah pesisir Tangerang sebelah barat.
Keragaman
etnis penduduk Batavia sebagai dampak kebijakan Kompeni Belanda di bidang
kependudukan di Kota Batavia melahirkan ragam etnis dan budaya Melayu
Betawi.Dinamakan demikian, karena mereka berbicara dalam bahasa Melayu sebagai
alat komunikasi sosialnya dan bertempat tinggal di daerah Betawi, sebutan orang
pribumi bagi Kota Batavia.Penduduk etnis dan budaya Betawi ini menyebar ke
daerah sekeliling Kota Betawi, termasuk daerah Tangerang.Mereka menempati
daerah pesisir sebelah timur dan daerah pedalaman timur Tangerang.
Kebijakan
Kompeni tersebut melahirkan pula keturunan orang China dalam jumlah banyak di
Kota Batavia yang menyebar ke daerah Tangerang, sebagai dampak dari
pemberontakan orang-orang China di Kota Batavia pada 1740 dan lahirnya status
tanah partikelir. Keturunan orang China ini tersebar di daerah tanah partikelir,
terutama di daerah pesisir Tangerang sebelah timur.
Selanjutnya,
kebudayaan mereka berasimilasi dengan kebudayaan Melayu Betawi.Dari pertemuan
itu lahirlah jenis-jenis budaya yang bercirikan Melayu Betawi dan China yang
kini populer disebut budaya Betawi, seperti teater lenong, tari topeng, dan
lain-lain.
Dengan
perkembangan penduduk seperti itu, peta penduduk dan budaya di Tangerang
terbilang unik.Daerah Tangerang Utara bagian timur berpenduduk etnis Betawi dan
China serta berbudaya Melayu Betawi.Daerah Tangerang Timur bagian selatan
berpenduduk dan berbudaya Betawi.Daerah Tangerang Selatan berpenduduk dan
berbudaya Sunda.Sedang daerah Tangerang Utara sebelah barat berpenduduk dan
berbudaya Jawa.
Dalam
konteks keseluruhan pemerintahan di wilayah Tatar Sunda, kedudukan Tangerang
mengalami beberapa kali perubahan dalam tingkat dan struktur pemerintahan.
Sebagaimana telah dikemukakan, pada awal abad ke-16 Tangerang berstatus sebagai
salah satu kota pelabuhan dalam lingkungan Kerajaan Sunda. Pada masa itu kota
pelabuhan berada di bawah kuasa seorang syahbandar yang bertanggung jawab
langsung kepada raja Sunda.
Ketika
Tangerang berada di bawah kuasa Kesultanan Banten sejak 1526, sistem
pemerintahannya berbentuk kemaulanaan dan pusat pemerintahannya berada di
daerah pedalaman, yaitu di sekitar Tigaraksa sekarang.Tatkala sebagian daerah
ini jatuh ke tangan Kompeni (sejak 1659), demi keamanan pemerintahan di daerah
ini dipimpin oleh seorang komandan militer Belanda.
Namun,
ketika seluruh daerah ini berada di bawah kuasa Kompeni Belanda dan stabilitas
keamanannya telah tercapai sejak 1682, pemerintahan di daerah ini berbentuk
kabupaten (regentschap) yang dipimpin oleh seorang bupati yang berasal
dari kalangan penduduk pribumi.
Pada
1809 terjadi perubahan sistem pemerintahan secara menyeluruh di Hindia Belanda
yang ditetapkan oleh Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels
(1808-1811).Tingkat dan struktur pemerintahan di daerah Tangerang berubah lagi.
Kini Tangerang berada di bawah wilayah administrasi pemerintahan De stad
Batavia, deOmmelanden, en Jacatrasche Preanger Regentschappen (Kota Batavia dan
sekitarnya serta wilayah Jakarta-Priangan) yang kemudian disebut Keresidenan
Batavia.
Daerah
Tangerang disebut Batavia Barat dan berada di bawah perintah seorang Asisten Residen
yang selalu dipegang oleh orang Belanda.Selanjutnya sejak tahun 1860-an, daerah
ini berstatus afdeling yang disebut Afdeling Tangerang
yang tetap dipimpin oleh Asisten Residen.Daerah Afdeling Tangerang
dibagi atas tiga distrik, yaitu Tangerang Timur, Tangerang Selatan, dan
Tangerang Utara yang selanjutnya (sejak 1880-an) masing-masing disebut Distrik
Tangerang, Distrik Balaraja, dan Distrik Mauk; lalu ditambah dengan Distrik
Curug.
Kepala
distrik dipegang oleh orang pribumi yang jabatannya disebut demang, kemudian
berubah jadi wedana.Tingkat dan struktur pemerintahan demikian di Tangerang
berlangsung hingga akhir kekuasaan pemerintah kolonial Hindia Belanda
(1942).
Pada
zaman Jepang (1942-1945), Tangerang yang bertetangga dengan ibu kota pemerintah
pusat Jakarta dipandang sebagai daerah strategis. Dengan demikian, tingkat dan
struktur pemerintahannya dinaikkan jadi kabupaten, dan didirikanlah lembaga
pendidikan militer (Seinendojo).
Pembentukan
Kabupaten Tangerang didasarkan Maklumat Jakarta Syu Nomor 4 tanggal 27 Desember
2603 (1943), sedangkan peresmiannya dilakukan pada hari Selasa, 4 Januari 1944,
bersamaan dengan pelantikan R. Atik Suardi menjadi Bupati Tangerang pertama.R
Atik Suardi adalah aktivis yang kemudian (sejak akhir tahun 1920-an) jadi salah
seorang pemimpin Paguyuban Pasundan, organisasi pergerakan nasional masyarakat
Sunda.Ia pernah menjabat sebagai pembantu R. Pandu Suradiningrat di Gunseibu
Jawa Barat.
Proklamasi
Kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 1945 mendapat sambutan hangat dari para
pemimpin dan masyarakat Tangerang. Wujudnya terdiri atas dua bentuk.Pertama,
menegakkan kemerdekaan dengan cara membentuk pemerintahan daerah di Tangerang
yang menunjang Proklamasi Kemerdekaan RI, mulai dari tingkat kabupaten ke
bawah.
Kedua,
mempertahankan kemerdekaan dengan cara menentang dan melawan pihak asing dan
antek-anteknya yang berusaha untuk menjajah kembali dan pihak yang mau
mendirikan negara sendiri yang tidak mengakui keberadaan Republik Indonesia.
Terjadilah revolusi #emerdekaan! Akhirnya, kedaulatan Republik Indonesia bisa
ditegakkan di Tangerang.
Kedudukan
Kabupaten Tangerang dikukuhkan kembali pada awal masa Republik Indonesia (19
Agustus 1945) dan berlaku terus hingga kini.Kabupaten ini jadi salah satu
kabupaten di Provinsi Jawa Barat.
Sesuai
dengan semangat dan tuntutan otonomi daerah serta perkembangan Kota Tangerang
yang meningkat pesat, status pemerintahan di Kota Tangerang sendiri
ditingkatkan. Tadinya kota itu adalah kota kecamatan, lalu jadi kota
administratif. Kota Tangerang yang memiliki luas wilavah 17.729,794 hektar
dibentuk berdasarkan UndangUndang Nomor 2 Tahun 1993 tentang Pembentukan Kota
Tangerang.
Sebelumnya
Kota Tangerang merupakan bagian dari wilayah Kabupaten ‘I’angerang dengan
status wilayah Kota Administratif Tangerang berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 50 Tahun 1981.Dengan demikian, di Tangerang terdapat dua jenis
pemerintahan daerah yang setara, yaitu Kabupaten Tangerang dan Kota
Tangerang.Sementara itu, dengan berdirinya Provinsi Banten (sejak 1999),
Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang pun jadi bagian dari wilayah Provinsi
Banten.
Dulu
bernama Tanggeran
Menurut
tradisi lisan yang menjadi pengetahuan masyarakat Tangerang, nama daerah
Tengerang dulu dikenal dengan sebutan Tanggeran yang berasal
dari bahasa Sunda yaitu tengger danperang. Kata
“tengger” dalam bahasa Sunda memiliki arti “tanda” yaitu berupa tugu yang
didirikan sebagai tanda batas wilayah kekuasaan Banten dan VOC, sekitar
pertengahan abad 17.Oleh sebab itu, ada pula yang menyebut Tangerang berasal
dari kata Tanggeran (dengan satu g maupun dobel g).Daerah yang
dimaksud berada di bagian sebelah barat Sungai Cisadane (Kampung Grendeng atau
tepatnya di ujung jalan Otto Iskandar Dinata sekarang).Tugu dibangun oleh Pangeran
Soegiri, salah satu putra Sultan Ageng Tirtayasa. Pada tugu tersebut tertulis
prasasti dalam huruf Arab gundul dengan dialek Banten, yang isinya sebagai
berikut:
Bismillah
peget Ingkang Gusti
Diningsun juput parenah kala Sabtu
Ping Gasal Sapar Tahun Wau
Rengsena Perang nelek Nangeran
Bungas wetan Cipamugas kilen Cidurian
Sakebeh Angraksa Sitingsung Parahyang-Titi
Diningsun juput parenah kala Sabtu
Ping Gasal Sapar Tahun Wau
Rengsena Perang nelek Nangeran
Bungas wetan Cipamugas kilen Cidurian
Sakebeh Angraksa Sitingsung Parahyang-Titi
Terjemahan
dalam bahasa Indonesia :
Dengan nama Allah tetap Maha Kuasa
Dari kami mengambil kesempatan pada hari Sabtu
Tanggal 5 Sapar Tahun Wau
Sesudah perang kita memancangkan Tugu
Untuk mempertahankan batas Timur Cipamugas
(Cisadane) dan Barat yaitu Cidurian
Semua menjaga tanah kaum Parahyang
Dengan nama Allah tetap Maha Kuasa
Dari kami mengambil kesempatan pada hari Sabtu
Tanggal 5 Sapar Tahun Wau
Sesudah perang kita memancangkan Tugu
Untuk mempertahankan batas Timur Cipamugas
(Cisadane) dan Barat yaitu Cidurian
Semua menjaga tanah kaum Parahyang
Sedangkan
istilah “perang” menunjuk pengertian bahwa daerah tersebut dalam perjalanan
sejarah menjadi medan perang antara Kasultanan Banten dengan tentara VOC. Hal
ini makin dibuktikan dengan adanya keberadaan benteng pertahanan kasultanan
Banten di sebelah barat Cisadane dan benteng pertahanan VOC di sebelah Timur
Cisadane. Keberadaan benteng tersebut juga menjadi dasar bagi sebutan daerah
sekitarnya (Tangerang) sebagai daerah Beteng.Hingga masa pemerintahan kolonial,
Tangerang lebih lazim disebut dengan istilah “Beteng”.
Menurut
cerita yang berkembang di masyarakat, sekitar tahun 1652, benteng pertahanan
kasultanan Banten didirikan oleh tiga maulana (Yudhanegara, Wangsakara dan
Santika) yang diangkat oleh penguasa Banten.Mereka mendirikan pusat
pemerintahan kemaulanaan sekaligus menjadi pusat perlawanan terhadap VOC di
daerah Tigaraksa. Sebutan Tigaraksa, diambil dari sebutan kehormatan kepada
tiga maulana sebagai tiga pimpinan (tiga tiang/pemimpin). Mereka mendapat
mandat dari Sultan Agung Tirtoyoso (1651-1680) melawan VOC yang mencoba
menerapkan monopoli dagang yang merugikan Kesultanan Banten.Namun, dalam
pertempuran melawan VOC, ketiga maulana tersebut berturut-turut gugur satu
persatu.
Perubahan
sebutan Tangeran menjadi Tangerang terjadi
pada masa daerah Tangeran mulai dikuasai oleh VOC yaitu sejak
ditandatangani perjanjian antara Sultan Haji dan VOC pada tanggal 17 April
1684.Daerah Tangerang seluruhnya masuk kekuasaan Belanda.Kala itu, tentara
Belanda tidak hanya terdiri dari bangsa asli Belanda (bule) tetapi juga
merekrut warga pribumi di antaranya dari Madura dan Makasar yang di antaranya
ditempatkan di sekitar beteng.Tentara kompeni yang berasal dari Makasar tidak
mengenal huruf mati, dan terbiasa menyebut “Tangeran” dengan
“Tangerang”.Kesalahan ejaan dan dialek inilah yang diwariskan hingga kini.
Sebutan
“Tangerang” menjadi resmi pada masa pendudukan Jepang tahun
1942-1945.Pemerintah Jepang melakukan pemindahan pusat pemerintahan Jakarta (Jakarta
Ken) ke Tangerang yang dipimpin oleh Kentyo M Atik Soeardi dengan
pangkat Tihoo Nito Gyoosiekenseperti termuat dalam Po No.
34/2604.Terkait pemindahan Jakarta Ken Yaskusyo ke Tangerang
tersebut, Panitia Hari Jadi Kabupaten Tangerang kemudian menetapkan tanggal
tersebut sebagai hari lahir pemerintahan Tangerang yaitu pada tanggal 27
Desember 1943.Selanjutnya penetapan ini dikukuhkan dengan Peraturan Daerah
Tingkat II Kabupaten Tangerang Nomor 18 Tahun 1984 tertanggal 25 Oktober 1984.
2.2.2 Asal
Mula Penduduk Tangerang
Latar
belakang penduduk yang mendiami Tangerang dalam sejarahnya dapat diketahui dari
berbagai sumber antara lain sejumlah prasasti, berita-berita Cina, maupun
laporan perjalanan bangsa kulit putih di Nusantara.
“Pada
mulanya, penduduk Tangeran boleh dibilang hanya beretnis dan
berbudaya Sunda.Mereka terdiri atas penduduk asli setempat, serta pendatang
dari Banten, Bogor, dan Priangan. Kemudian sejak 1526, datang penduduk baru
dari wilayah pesisir Kesultanan Demak dan Cirebon yang beretnis dan berbudaya
Jawa, seiring dengan proses Islamisasi dan perluasan wilayah kekuasaan kedua
kesultanan itu. Mereka menempati daerah pesisir Tangeran sebelah
barat”.[1]
Orang
Banten yang menetap di daerah Tangerang diduga merupakan warga campuran etnis
Sunda, Jawa, Cina, yang merupakan pengikut Fatahillah dari Demak yang menguasai
Banten dan kemudian ke wilayah Sunda Calapa. Etnis Jawa juga makin bertambah
sekitar tahun 1526 tatkala pasukan Mataram menyerbu VOC. Tatkala pasukan
Mataram gagal menghancurkan VOC di Batavia, sebagian dari mereka menetap di
wilayah Tangeran.
Orang
Tionghoa yang bermigrasi ke Asia Tenggara sejak sekitar abad 7 M, diduga juga
banyak yang kemudian menetap di Tangeran seiring berkembangnya
Tionghoa-muslim dari Demak.Di antara mereka kemudian banyak yang beranak-pinak
dan melahirkan warga keturunan.Jumlah mereka juga kian bertambah sekitar tahun
1740. Orang Tionghoa kala itu diisukan akan melakukan pemberontakan terhadap
VOC. Konon sekitar 10.000 orang Tionghoa kemudian ditumpas dan ribuan lainnya
direlokasi oleh VOC ke daerah sekitar Pandok Jagung, Pondok Kacang, dan
sejumlah daerah lain di Tangeran.. Di kemudian hari, di antara
mereka banyak yang menjadi tuan-tuan tanah yang menguasai tanah-tanah
partikelir.
Penduduk
berikutnya adalah orang-orang Betawi yang kini banyak tinggal di perbatasan
Tangerang-Jakarta.Mereka adalah orang-orang yang di masa kolonial tinggal di
Batavia dan mulai berdatangan sekitar tahun 1680.Diduga mereka pindah ke Tangeran karena
bencana banjir yang selalu melanda Batavia.
Menurut
sebuah sumber, pada tahun 1846, daerah Tangeran juga didatangi
oleh orang-orang dari Lampung. Mereka menempati daerah Tangeran Utara
dan membentuk pemukiman yang kini disebut daerah Kampung Melayu (Thahiruddin,
1971)[2]. Informasi mengenai seputar migrasi orang Lampung, akan dibahas dalam
tulisan ini di bagian bab berikutnya,
Di
jaman kemerdekaan dan Orde Baru, penduduk Tangerang makin beragam etnis.
Berkembangnya industri di sana, mengakibatkan banyak pendatang baik dari Jawa
maupun luar Jawa yang akhirnya menjadi warga baru. Menurut sensus penduduk
tahun 1971, penduduk Tangerang berjumlah 1.066.695, kemudian di tahun 1980
meningkat menjadi 1.815.229 dan hingga tahun 1996 tercatat mencapai 2.548.200
jiwa. Rata-rata pertumbuhan per-tahunnya mencapai 5,23% per tahun.
Untuk
sekedar memetakan persebaran etnis-etnis di Tangerang, dapat disebutkan di sini
bahwa daerah Tangerang Utara bagian timur berpenduduk etnis Betawi dan Cina
serta berbudaya Melayu Betawi.Daerah Tangerang Timur bagian selatan berpenduduk
dan berbudaya Betawi.Daerah Tangeran Selatan berpenduduk dan berbudaya Sunda.
Sedang daerah Tangeran Utara sebelah barat berpenduduk dan berbudaya Jawa[3].
Persebaran penduduk tersebut di masa kini tidak lagi bisa mudah dibaca
mengingat banyaknya pendatang baru dari berbagai daerah.Maka, apabila ingin
mengetahui persebaran etnis di Tangerang, tentunya dibutuhkan studi yang lebih
mendalam.
2.2.3 Asal-usul Tangerang disebut juga
sebagai Kota "Benteng"
Untuk mengungkapkan asal-usul tangerang sebagai kota
"Benteng", diperlukan catatan yang menyangkut perjuangan. Menurut
sari tulisan F. de Haan yang diambil dari arsip VOC,resolusi tanggal 1 Juni
1660 dilaporkan bahwa Sultan Banten telah membuat negeri besar yang terletak di
sebelah barat sungai Untung Jawa, dan untuk mengisi negeri baru tersebut Sultan
Banten telah memindahkan 5 sampai 6.000 penduduk.
Kemudian dalam Dag Register tertanggal 20 Desember 1668
diberitakan bahwa Sultan Banten telah mengangkat Radin Sina Patij dan Keaij
Daman sebagai penguasa di daerah baru tersebut. Karena dicurigai akan merebut
kerajaan, Raden Sena Pati dan Kyai Demang dipecat Sultan. Sebagai gantinya
diangkat Pangeran Dipati lainnya. Atas pemecatan tersebut Ki Demang sakit hati.
Kemudian tindakan selanjutnya ia mengadu domba antara Banten dan VOC. Tetapi ia
terbunuh di Kademangan.
Dalam arsip VOC selanjutnya, yaitu dalam Dag Register
tertanggal 4 Maret 1980 menjelaskan bahwa penguasa Tangerang pada waktu itu
adalah Keaij Dipattij Soera Dielaga. Kyai Soeradilaga dan putranya Subraja
minta perlindungan kompeni dengan diikuti 143 pengiring dan tentaranya
(keterangan ini terdapat dalam Dag Register tanggal 2 Juli 1982). Ia dan
pengiringnya ketika itu diberi tempat di sebelah timur sungai, berbatasan
dengan pagar kompeni.
Ketika bertempur dengan Banten, ia beserta ahli perangnya
berhasil memukul mundur pasikan Banten. Atas jasa keunggulannya itu kemudian ia
diberi gelar kehormatan Raden Aria Suryamanggala, sedangkan Pangerang Subraja
diberi gelar Kyai Dipati Soetadilaga. Selanjutnya Raden Aria Soetadilaga
diangkat menjadi Bupati Tangerang I dengan wilayah meliputi antara sungai Angke
dan Cisadane. Gelar yang digunakannya adalah Aria Soetidilaga I. Kemudian
dengan perjanjian yang ditandatangani pada tanggal 17 April 1684, Tangerang menjadi
kekuasaan kompeni, Banten tidak mempunyai hak untuk campur tangan dalam
mengatur tata pemerintahan di Tangerang. Salah satu pasal dari perjanjian
tersebut berbunyi: "Dan harus diketahui dengan pasti sejauh mana
batas-batas daerah kekuasaan yang sejak masa lalu telah dimaklumi maka akan
tetap ditentukan yaitu daerah yang dibatasi oleh sungai Untung Jawa atau
Tangerang dari pantai Laut Jawa hingga pegunungan-pegunungan sejauh aliran
sungai tersebut dengan kelokan-kelokannya dan kemudian menurut garis lurus dari
daerah Selatan hingga utara sampai Laut Selatan. Bahwa semua tanah disepanjang
Untung Jawa atau Tangerang akan menjadi milik atau ditempati kompeni"
Dengan adanya perjanjian tersebut daerah kekuasaan bupati
bertambah luas sampai sebelah barat sungai Tangerang. Untuk mengawasi Tangerang
maka dipandang perlu menambah pos-pos penjagaan di sepanjang perbatasan sungai
Tangerang, karena orang-orang Banten selalu menekan penyerangan secara
tiba-tiba. Menurut peta yang dibuat tahun 1962, pos yang paling tua terletak di
muara sungai Mookervaart, tepatnya disebelah utara Kampung Baru. Namun kemudian
ketika didirikan pos yang baru, bergeserlah letaknya ke sebelah Selatan atau
tepatnya di muara sungai Tangerang.
Menurut arsip Gewone Resolutie Van hat Casteel Batavia
tanggal 3 April 1705 ada rencana merobohkan bangunan-bangunan dalam pos karena
hanya berdinding bambu. Kemudian bangunannya diusulkan diganti dengan tembok.
Gubernur Jenderal Zwaardeczon sangat menyetujui usulan tersbut, bahkan
diinstruksikan untuk membuat pagar tembok mengelilingi bangunan-bangunan dalam
pos penjagaan. Hal ini dimaksudkan agar orang Banten tidak dapat melakukan
penyerangan. Benteng baru yang akan dibangun untuk ditempati itu direncanakan
punya ketebalan dinding 20 kaki atau lebih. Disana akan ditempatkan 30 orang
Eropa dibawah pimpinan seorang Vandrig(Peltu) dan 28 orang Makasar yang akan
tinggal diluar benteng. Bahan dasar benteng adalah batu bata yang diperoleh
dari Bupati Tangerang Aria Soetadilaga I.
Setelah benteng selesai dibangun personilnya menjadi 60
orang Eropa dan 30 orang hitam. Yang dikatakan orang hitam adalah orang-orang
Makasar yang direkrut sebagai serdadu kompeni. Benteng ini kemudian menjadi
basis kompeni dalam menghadapi pemberontakan dari Banten. Kemudian pada tahun
1801, diputuskan untuk memperbaiki dan memperkuat pos atau garnisun itu, dengan
letak bangunan baru 60 roeden agak ke tenggara, tepatnya terletak disebelah
timur Jalan Besar pal 17. Orang-orang pribumi pada waktu itu lebih mengenal
bangunan ini dengan sebutan "Benteng". Sejak itu, Tangerang terkenal
dengan sebutan Benteng. Benteng ini sejak tahun 1812 sudah tidak terawat lagi,
bahkan menurut "Superintendant of Publik Building and Work" tanggal 6
Maret 1816 menyatakan: "...Benteng dan barak di Tangerang sekarang tidak
terurus, tak seorangpun mau melihatnya lagi. Pintu dan jendela banyak yang
rusak bahkan diambil orang untuk kepentingannya".
Pada Oktober 1945, Laskar Hitam, milisi muslim ekstrem
didirikan di Tangerang. tujuan dari gerakan ini adalah untuk mendirikan
negara Islam di Indonesia. Gerakan ini kemudian menjadi bagian kelompok
pemberontak DI/TII. Pada 31 Oktober 1945, Laskar Hitam menculik Oto
Iskandardinata, Menteri Negara Republik Indonesia. Kemungkinan dibunuh
di pantai Mauk, Tangerang pada 20 Desember 1945.
Setelah
deklarasi kemerdekaan Indonesia, ada kerusuhan ras di Tangerang. Kelompok anti etnis Tionghoa menyerang etnis Tionghoa di Tangerang karena mereka menganggap bahwa etnis
Tionghoa mendukung pemerintah Belanda yang mencoba untuk kembali menguasai Indonesia.
Sejak tahun
1981 hingga 1984, Bandara
Internasional Soekarno-Hatta dibangun di Benda, Tangerang. Bandara terletak di Tangerang, namun disebut
sebagai Bandara
Soekarno-Hatta, Cengkareng, Jakarta. Cengkareng adalah nama sub-distrik di Jakarta Barat yang berdekatan dengan bandara.
Pada Agustus
1996, walmart, pengecer terbesar dari Amerika Serikat membuka cabang pertamanya di Indonesia di Lippo Karawaci, Tangerang. Sayangnya, cabang tersebut dijarah dan
dibakar pada kerusuhan Mei 1998. Walmart menghentikan investasi mereka di
Indonesia setelah kerusuhan.
BAB
III
PENUTUP
Demikian
pemaparan tentang sejarah kota Tangerang yang merupakan pokok bahasan dalam
makalah ini. Kami menyadari dalam penyusunan ini masih terdapat kekurangan dan
kelemahan karena keterbatasan pengetahuan dan pengalamanan penyusun.Saran yang
membangun senantiasa kami harapkan dari pembaca untuk penyempurnaan makalah ini
dan pada penulisan makalah-makalah selanjutnya.
Semoga makalah
ini dapat memberikan informasi dan membangkitkan rasa cinta akan sejarah serta
menyadarkan pemerintah dan masyarakat untuk memelihara dan melestarikan
peninggalan sejarahnya. Kami juga berharap makalah ini dapat dimanfaatkan
seluas-luasnya bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.Terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
3. Wikipedia bahasa Indonesia
ensiklopedia bebas
Dapatkan Jutaan Rupiah Dengan Cuma Cuma
BalasHapusHanya Di SumoQQ(dot)Com
Real Website Real Player, Real Winner
Silahkan Buktikan dan Bergabung Bersana kami
Dan Raih Bonus Extra Jumbo :
- Bonus Extra Jumbo Rollingan
- Bonus Refferal Seumur Hidup
CS Ramah & Profesional Siap Melayani 24 Jam
Proses Transaksi Di Jamin Super Cepat
Kartu Bagus (Easy To Winn)
Support 6 Bank Local
Minimal Deposit & Withdraw 15Rb
Jangan Mikir Lagi Bos !!
Jalan dan Kesempatan Sudah Ada Di Depan Mata
Jangan Sia2 Kan Kesempatan Yang Ada bos !!
Ingat Bahwa Kemenangan Ada Di Pilihan Anda.
Jadi Jangan Sampai Salah Pilih Situs
Ingin Jadi Jutawan SumoQQ(dot)com Solusimya !!
Hub kami Untuk Info Lebih Lanjut :
Skype : SumoQQ
Fb : SumoQQ
BBM : D8ACD825
Line : SumoQQ
WA : +855 96 497 3259
Link Alternatif :
www(dot)SumoQQ(dot)net
www(dot)SumoQQ(dot)info
www(dot)SumoQQ(dot)org
Join Sekarang !! Kami Tunggu Kehadiran Para Calon Jutawan